Kamis, 07 Januari 2016

Budidaya Tanaman Jahe Yang Baik dan Benar

Budidaya Tanaman Jahe Yang Baik dan Benar
1. SEJARAH SINGKAT
Jahe berasal dari Asia Pasifik yg tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yg pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak & obat-obatan tradisional. Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa & Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.
2. URAIAN TANAMAN JAHE
2.1 Klasifikasi
  • Divisi : Spermatophyta
  • Sub-divisi : Angiospermae
  • Kelas : Monocotyledoneae
  • Ordo : Zingiberales
  • Famili : Zingiberaceae
  • Genus : Zingiber
  • Species : Zingiber officinale
2.2 Deskripsi.
Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, & tidak berbulu; seludang agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yg sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya, sangat tajam ; panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm ; gagang bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 – 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik 2
2.3 Jenis Tanaman
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk & warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak : Rimpangnya lebih besar & gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit : Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok utk ramuan obat-obatan, atau utk diekstrak oleoresin & minyak atsirinya.
Jahe merah : Rimpangnya berwarna merah & lebih kecil dari pada jahe putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, & juga memiliki kandungan minyak atsiri yg sama dengan jahe kecil, sehingga cocok utk ramuan obat-obatan.

3. MANFAAT TANAMAN
Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma & rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula & berbagai.minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng & sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk & awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri & koresin yg diperoleh dengan cara penyulingan yg berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis & lain-lain.
Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba & parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung & getah empedu.

4. SENTRA PENANAMAN
Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun & di pekarangan. Pada saat ini jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia.

5. SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
  • Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
  • Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yg terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
  • Suhu udara optimum utk budidaya tanaman jahe antara 20-35°C.
Media Tanam
  • Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yg subur, gembur & banyak mengandung humus.
  • Tekstur tanah yg baik adalah lempung berpasir, liat berpasir & tanah laterik.
  • Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum utk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
Ketinggian Tempat
  • Jahe tumbuh baik di daerah tropis & subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl..
  • Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan Jahe
Persyaratan Bibit Jahe : Bibit berkualitas adalah bibit yg memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yg tinggi), & mutu fisik. yg dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yg bebas hama & penyakit. Oleh karena itu kriteria yg harus dipenuhi antara lain:
  • Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
  • Dipilih bahan bibit dari tanaman yg sudah tua (berumur 9-10 bulan).
  • Dipilih pula dari tanaman yg sehat & kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
  • Teknik Penyemaian Bibit : utk pertumbuhan tanaman yg serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
Penyemaian pada peti kayu : Rimpang jahe yg baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas & dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida & zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yg paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
Penyemaian pada bedengan : Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m utk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, & di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari & sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah..Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan & setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas & beratnya 40-60 gram.
Penyiapan Bibit Jahe : Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung & dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
6.2. Pengolahan Media Tanam
Persiapan Lahan : utk mendapatkan hasil panen yg optimal harus diperhatikan syarat-syarat tumbuh yg dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yg ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yg dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
Pembukaan Lahan : Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan utk mendapatkan kondisi tanah yg gembur atau remah & membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit & hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yg kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam & sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
Pembentukan Bedengan : Pada daerah-daerah yg kondisi air tanahnya jelek & sekaligus utk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengapuran : Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) & calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yg masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp & pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yg sangat diperlukan tanaman utk mengeraskan bagian tanaman yg berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah & merangsang pembentukan biji.
  • Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
  • Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
  • Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
6.3. Teknik Penanaman Jahe.
Penentuan Pola Tanaman : Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi & produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
  • Mengurangi kerugian yg disebabkan naik turunnya harga.
  • Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
  • Meningkatkan produktivitas lahan.
Memperbaiki sifat fisik & mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu). Praktek di lapangan, ada jahe yg ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis & lain-lain. Ada juga yg ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah & beberapa kacang-kacangan lainnya.
Pembutan Lubang Tanam : utk menghindari pertumbuhan jahe yg jelek, karena kondisi air tanah yg buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm utk menanam bibit.
Cara Penanaman : Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yg sudah disiapkan.
Perioda Tanam : Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September & Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak utk pertumbuhannya.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman : Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan utk melihat rimpang yg mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yg baik serta pemeliharaan yg benar.
Penyiangan : Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yg tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar..
Pembubunan : Tanaman jahe memerlukan tanah yg peredaran udara & air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan utk menimbun rimpang jahe yg kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam & diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan & sekaligus terbentuk sistem pengairan yg berfungsi utk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yg terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah & banyaknya hujan.
Pemupukan :
Pemupukan Organik : Pada pertanian organik yg tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan & obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yg ditebar & dicampur tanah olahan. utk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, & 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan & bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
Pemupukan Konvensional : Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yg digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang & pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; & ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yg berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), & K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N & K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) & sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan & 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur & ditanam di sela-sela tanaman.
Pengairan & Penyiraman : Tanaman Jahe tidak memerlukan air yg terlalu banyak utk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yg utk disemai & pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yg mendorong pertumbuhan jahe.
7. HAMA & PENYAKIT
7.1. Hama Tanaman Jahe
Hama yg dijumpai pada tanaman jahe adalah:
  • Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
  • Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering & mati.
  • Kumbang.
7.2. Penyakit Tanaman Jahe
Penyakit layu bakeri
Gejala: Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat & menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning & mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk & akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yg sakit itu berwarna gelap & sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan & yg paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yg dingin, genangan air & kondisi tanah yg terlalu lembab.
Pengendalian:
  • jaminan kesehatan bibit jahe;
  • karantina tanaman jahe yg terkena penyakit;
  • pengendalian dengan pengolahan tanah yg baik;
  • pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)
Penyakit busuk rimpang
Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C & terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.
Gejala: Daun bagian bawah yg berubah menjadi kuning lalu layu & akhirnya tanaman mati.
Pengendalian:.
  • penggunaan bibit yg sehat;
  • penerapan pola tanam yg baik;
  • penggunaan fungisida.
Penyakit bercak daun
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.
Gejala: Pada daun yg bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercak-bercak itu berwarna abu-abu & ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yg terserang bisa mati.
Pengendalian: baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yg dijelaskan di atas.
7.3. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, & gulma berdaun lebar lainnya.
7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yg tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yg ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman utk menghindari serangan hama & penyakit tersebut yg dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yg komponennya adalah sbb:
  • Mengusahakan pertumbuhan tanaman yg sehat yaitu memilih bibit unggul yg sehat bebas dari hama & penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
  • Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
  • Menggunakan varietas-varietas unggul yg tahan terhadap serangan hama & penyakit.
  • Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
  • Menggunakan teknik-teknik budidaya yg baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yg saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya utk memutuskan siklus penyebaran hama & penyakit potensial.
Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yg ramah lingkungan & tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yg dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yg diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yg dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati & digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:.
  • Tembakau (Nicotiana tabacum) yg mengandung nikotin utk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi utk serangga kecil misalnya Aphids.
  • Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yg mengandung piretrin yg dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yg menyerang urat syaraf pusat yg aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, & lalat buah.
  • Tuba (Derris elliptica & Derris malaccensis) yg mengandung rotenone utk insektisida kontak yg diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
  • Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yg mengandung azadirachtin yg bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng & serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif utk menanggulangi serangan virus RSV, GSV & Tungro.
  • Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yg bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yg dapat digunakan sebagai insektisida & larvasida.
  • Jeringau (Acorus calamus) yg rimpangnya mengandung komponen utama asaron & biasanya digunakan utk racun serangga & pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
8. PANEN
Ciri & Umur Panen Jahe: Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan utk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang & sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe utk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yg sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning & batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan & akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.
Cara Panen : Cara panen yg baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah & kotoran lainnya yg menempel pada rimpang dibersihkan & bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab & penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.
Periode Panen. : Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang & menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
Perkiraan Hasil Panen : Produksi rimpang segar utk klon jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan utk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.
9. PASCAPANEN
Penyortiran Basah & Pencucian : Sortasi pada bahan segar dilakukan utk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, & gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran & tempatkan dalam wadah plastik utk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya & jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yg terlalu lama agar kualitas & senyawa aktif yg terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran & banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yg belubang-lubang agar sisa air cucian yg tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
Perajangan : Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel & alasi bahan yg akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya & taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yg lembab & dari bahan-bahan disekitarnya yg bisa mengkontaminasi..Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 ° C - 60 ° C. Rimpang yg akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven & pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yg dihasilkan
Penyortiran Kering. : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yg telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
Pengemasan : Setelah bersih, rimpang yg kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yg bersih & kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yg jelas pada wadah tersebut, yg menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih & metode penyimpanannya.
Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab & suhu tidak melebihi 30 ° C & gudang harus memiliki ventilasi baik & lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yg menurunkan kualitas bahan yg bersangkutan, memiliki penerangan yg cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih & terbebas dari hama gudang.

Cara Membuat Pupuk Kompos Dari Jerami Padi

Sehabis panen padi, biasanya sebagian besar petani membakar jeraminya di lahan sawah karena jerami dianggap mengganggu dalam pengolahan lahan terutama jika menggunakan traktor. Sebagian petani ada juga yang meletakkan jeraminya diatas pematang-pematang, yang apabila sering turun hujan maka tanah pada pematang tersebut malah tanahnya menjadi terbis karena tergerus air hujan. Petani tidak menyadari bahwa dengan pembakaran jerami, akan terjadi kehilangan bahan organik pada lahannya, yang jika dilakukan pada setiap musim tanam maka kandungan bahan organik tanah sawah tersebut menjadi semakin berkurang. Disamping itu, pembakaran jerami juga menghasilkan asap dan CO2 yang kurang baik bagi kesehatan.
Di dalam jerami terdapat beberapa unsur hara yang berguna untuk tanaman seperti Nitrogen dan Kalium. Dengan membakar jerami berarti sama saja dengan membakar uang karena jerami yang dibakar tersebut sebenarnya dapat membantu menggantikan pupuk KCl sebanyak 1 sak (50 kg). Berapa rupiah yang dibakar petani karena ketidaktahuannya? Dengan mengembalikan jerami padi ke lahan sawah, petani tidak perlu lagi memberikan pupuk KCl. Dengan demikian akan menghemat biaya produksi.
Selain dikembalikan langsung ke lahan sawah,. jerami padi dapat juga dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik (kompos). Jika petani menganggap jerami menyulitkan dalam pengolahan menggunakan traktor maka lebih baik dibuat kompos saja. Untuk membuat kompos yang berkualitas, diperlukan decomposer yang sesuai dengan tujuan pemberian kompos. Jika menginginkan kompos untuk menyuburkan tanah sekaligus mengendalikan hama penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan oleh jamur, maka dapat digunakan decomposer Trichoderma.

Cara pembuatan kompos jerami dengan menggunakan dekomposer Trichoderma adalah sebagai berikut:
Bahan yang diperlukan :
Jerami padi segar 1 m3 (1 m x 1 m X 1m), Urea 2 kg, SP-36 1 kg, Kapur 1 kg, pupuk kandang 20 kg dan starter trichoderma 0,5 kg.
Cara Pembuatan:
  • Jerami segar direndam selama 1 malam. Perendaman ini bertujuan agar jerami tetap lembab.
  • Bahan aktif (Urea, SP-36, kapur, pupuk kandang, starter trichoderma) dicampur dan diaduk sampai rata dan dibagi atas 4 bagian.
  • Jerami ditumpuk 1 m3 dibagi atas 4 lapisan
  • Pada lapisan jerami pertama (1/4 bagian jerami) ditaburkan bahan aktif ¼ bagian dan dipercikkan air untuk menjaga kelembabannya.
  • Setelah itu, tumpukkan kembali lapisan jerami kedua (1/4 bagian jerami) dan taburkan kembali bahan aktifnya ¼ bagian. Demikian seterusnya hingga jerami habis. Tinggi tumpukan jerami sebaiknya kurang dari 1,5 m agar memudahkan dalam pembalikannya
  • Tutup tumpukan dengan plastik agar terlindung dari hujan dan panas, atau dapat diletakkan ditempat yang terlindung
  • Lakukan pembalikkan tumpukan jerami setiap minggu
  • Kelembaban tumpukan jerami dijaga agar kadar airnya 60 – 80 % dengan cara menyiram/memercikkan air (kalau diremas jeraminya maka air tidak menetes)
  • Kompos siap digunakan setelah 3 – 4 minggu.
Ciri-ciri Kompos yang sudah siap untuk digunakan:
  • Berwarna coklat gelap sampai hitam, remah/gembur
  • Bersuhu dingin
  • Tidak berbau atau berbau daun lapuk
Mutu atau kualitas kompos
Kualitas kompos sangat tergantung kepada teknis pembuatan di lapangan. Untuk itu beberapa hal harus diperhatikan:
  • Starter/biang trichoderma yang digunakan harus yang berkualitas baik. Trichoderma bisa diperoleh dari laboratorium BPTP/BPTPH/Dinas Pertanian/Perguruan tinggi atau di kios saprodi .
  • Pembalikan kompos dilakukan tiap minggu karena mikro-organisme pengurai jerami yaitu trichoderma perlu aerasi atau penghawaan agar dapat bekerja secara optimal.
  • Selain itu trichoderma juga memerlukan kelembaban yang tinggi untuk mengomposkan jerami.
Kandungan Beberapa Unsur Hara untuk 1 Ton Kompos Jerami Padi
Dari 1 ton jerami padi dapat diperoleh ½ ton sampai 2/3 ton kompos. Dengan demikian jika kita ingin membuat 1 ton kompos, maka bahan baku jerami yang disiapkan sekitar 1,5-2 ton jerami. Kandungan beberapa unsur hara untuk 1 ton kompos jerami padi adalah : unsur makro Nitrogen (N) 2,11 %, Fosfor (P2O5) 0,64%, Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca) 4,2%, serta unsur mikro Magnesium (Mg) 0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684 ppm dan Zn 144 ppm.

Cara Bertanam Sayuran Dalam Polibeg

Selama ini untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, para ibu sering memanfaatkan lahan sempit di pekarangannya untuk ditanami sayuran yang mudah ditanam dan dirawat. Media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam kegiatan bercocok tanam. Media tanam akan menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Tetapi ada kalanya para ibu mengalami kesulitan mendapatkan tempat untuk bertanam, terlebih di kota besar yang padat penduduk. Cukup jarang rumah di kota besar yang memiliki halaman atau pekarangan, apalagi yang bisa ditanami.
Menanam sayuran dalam pot / polybag mula-mula hanya dilakukan secara sambil lalu saja sebagai hobi waktu senggang. Jumlahnya sangat terbatas, karena hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Padahal, bertanam sayuran dalam pot bisa dilakukan secara besar-besaran dengan hasil yang baik, sehingga bisa juga dilakukan untuk usaha komersial. Untuk itu dapat dipakai polybag (plastik hitam) dengan pertimbangan tidak usah membeli pot yang lebih mahal harganya.
Secara umum, nyaris semua tanaman bisa dibudidayakan di dalam polybag, tetapi yang lazim adalah tanaman hias. Dengan sempitnya lahan yang bisa ditanami, banyak orang yang mulai menanam sayuran dalam polybag. Selama ini, sayuran yang ditanam dalam pot terbatas pada cabe atau tomat saja. Padahal sebenarnya hampir semua jenis sayuran bisa ditanam dalam pot dan hasilnya juga cukup bagus.
Tanaman dalam pot cukup mudah perawatannya karena bisa dipindah-pindah, ditaruh di tempat yang kita kehendaki, atau kalau perlu diganti potnya dengan yang lebih besar. Tanah yang sudah berkurang kesuburannya bisa diganti dengan tanah kebun yang lebih subur. Yang dimaksud dengan pemeliharaan tanaman bukanlah sekedar merawat tanaman yang sedang terserang penyakit saja, tetapi meliputi pemeliharaan secara lengkap, mulai dari menaruh polybag, menyirami tanaman, menyiang rumput, mendangir (menggemburkan) tanah, memupuk, memberantas hama dan penyakit, sampai dengan membongkar tanah polybag lama dan menggantinya dengan yang baru. 
Dengan memakai polybag kita tidak perlu lagi mengolah tanah yang akan ditanami. Cukup mencampur tanah kebun dengan kompos atau pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 1:1:1 dan diisikan ke dalam polybag. Polybag diatur agar nantinya bisa berdiri tegak. Sebelum diisi dengan tanah, polybag perlu dilubangi dulu dengan pelubang kertas untuk mengalirkan air yang berlebihan. Polybag diisi dengan tanah sampai kira-kira 5 cm di bawah permukaan polybag. Dibanding dengan pot, penggunaan polybag jauh lebih murah. Sayuran yang ditanam dalam polybag mudah kita pindah ke tempat yang kita kehendaki. Kalau ada serangan hama atau penyakit yang ganas, tanaman bisa diselamatkan ke tempat yang lebih aman. (Sumber : okposberita.biz)

Cara Menanam Rumput Gajah Mini

Rumput Gajah Mini adalah salah satu jenis rumput yang di tanam di halam rumah.Nama Latin atau nama lain rumput gajah mini yaitu pennisetum purperium schamach. Perawatan rumput gajah mini ini sangat mudah. Cara merawat rumput gajah mini yang pertama dan utama anda lakukan adalah telaten dan ulet menyiram, memupuk dan memangkasnya secara teratur.
Ciri-ciri dari Rumput Gajah Mini yaitu daun hijau pekat, tebal dan sejuk dipandang mata. Mempunyai tepi daun yang keriting merupakan ciri khas dari rumput gajah mini. Panjang daun rumput gajah mini sekitar 5cm bahkan ada yang 10cm, dengan akar sepanjang 5cm-8cm. Rumput gajah mini digunakan sebagai penutup tanah seperti karper hijau nan alami.Berikut ini gambar rumput gajah mini seperti ciri diatas 
Tips Cara Menanam Rumput Gajah Mini
  • Langkah pertama yaitu gemburkan tanah menggunakan cangkul. Cangkul dan balikkan tanah hingga kedalaman sekitar 15cm. Setelah itu, ratakan permukaan tanah.
  • Yang Kedua siapkan rumput dalam bentuk dan ukuran kecil. Pecah rumput besar menjadi ukuran lebih kecil, antara 3cm-5cm. kemudian tanam rumput kedalam tanah hingga seluruh akarnya tertimbun. Benamkan rumput secara motif zigzag sehingga pertumbuhan rumput subur, rapat, dan rapi.
  • Ketiga yaitu perkuat “ikatan” rumput dengan tanah. Pukul perlahan permukaan rumput hingga akarnya melekat kedalam tanah. Serta Ratakan juga posisi rumput dan permukaan lebar batu bata atau balok kayu. Diamkan rumput selama satu minggu hingga akarnya tumbuh.
  • Yang KeEmpat mulailah taburkan pupuk urea dan NPK secara merata. Lakukan proses ini dua minggu kemudian.
  • Siram dengan air menggunakan gembor (ceret) yang berlubang kecil. Tekanan rendah akan menghindari penggenangan air pada tanah dan rumput yang dapat mengakibatkan pembusukkan rumput.
Setelah mengikuti tips cara menanam rumput gajah mini dengan baik dan benar, rumput gajah mini akan tumbuh subur dan lebat seperti yang kita harapkan. Namun demikian apabila rumput gajah mini tersebut tidak terawat dengan baik akan terlihat tidak rapi bahkan mati. Berikut ini tips cara merawat rumput gajah mini
Cara Merawat Rumput Gajah Mini
  • Penyiraman secara rutin menggunakan air tawar, takaran disesuaikan dengan keadaan cuaca atau kelembapan tanah
  • Pemberantasan rumput liar disekitar ladang rumput gajah mini tersebut.
  • Edging atau pembatasan pertumbuhan rumput gajah mini. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan keindahan tata ruang
  • Pemupukan & pengobatan guna enciptakan suasana hijau dan asri, menjaga pertumbuhan dan menghindarkan dari hama.
  • Menyulam atau menambahi bagian yang tertanam tidak merata
Harga jual dari rumput ini sangatlah menjanjikan untuk dibudidayakan. Harga rumput gajah mini berkisar antara 25rb - 30rb per kotak/blok. Ini menjadikan bisnis tanaman rumput gajah mini sangat maju pesat karena Cara Menanam dan Perawatan Rumput Gajah Mini sangatlah mudah. Rumput gajah mini menjadi salah satu tanaman berguna dan bermanfaat untuk dibudidayakan dan di tanam sebagai pelangkap keindahan

Potensi Agribisnis Jagung Indonesia

Potensi Agribisnis Jagung di Indonesia

Latar Belakang
            Jagung termasuk tanaman yang familiar bagi sebagian masyarakat di Indonesia dan sudah bukan barang atau komoditas baru dalam pertaian, jagung adalah salah satu komoditas tanaman yang memiliki manfaat penting bagi masyarakat Indonesia untuk kelangsungan hidup manusia itu sendiri, sebagian besar jagung yang dihasilkan tidak semuanya dijual atau dipasarkan, melainkan juga dikonsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Jagung mempunyai kandungan protein dan kalori yang sangat dibutuhkan oleh manusia, dan mempunyai nilai nutrisi yang hampir sama dengan beras dan sering kali dikonsumsi sebagai pengganti beras sebagai bahan makan pokok,. Persentase penggunaan jagung di Indonesia adalah 71,7% untuk  bahan makanan manusia, 15,5% untuk pakan ternak, 0,8% untuk industri, 0,1% untuk diekspor, dan 11,9% untuk kegunaan lainnya ( Sudjana, 1991 ). Dari persentase di atas dapat diketahui bahwa jagung mempunyai manfaat yang sangat besar untuk kelangsungan hidup semua makhluk hidup dan sangat bermanfaat untuk perindustrian di dalam negeri maupun luar negeri, itu berarti selama makhluk hidup masih hidup dan perindustrian semakin berkembang pertanian tidak akan pernah mati untuk itu pertanian mempunyai prospek yang masih cerah termasuk dalam pembudidayaan jagung atau tanaman lainnya. Pertanian di Indonesia sudah sangat berkembang dengan baik dari dulu yang masih tradisional perlahan-lahan sudah berteknologi. Untuk itu pertanian di Indonesia perlu dukungan penuh dari pemerintah dan perlunya SDM yang lebih berwawasan atau berpengetahuan untuk selalu meningkatkan produksi hasil pertanian termasuk jagung agar Indonesia dapat mengekspor jagung keluar negeri dan dapat menambah devisa dan pendapatan Negara.
Permasalahan
Permasalahan yang sering di alami petani jagung adalah terbatasnya permodalan petani dalam pengembangan usaha jagung itu sendiri, selain itu kurangnya pengetahuan petani dalam memanajemen usaha dan pemasaran hasil produksi sehingga para petani tidak bisa memaksimalkan hasil pemasaran dengan baik, akibatnya sering kali mengalami kerugian dalam usahataninya tersebut.
Pembahasan
Jagung memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing dengan usaha komoditas pertanian lainnya, dalam aspek atau segi budidaya jagung tidak sulit untuk dibudidayakan, jagung dapat tumbuh hampir disemua jenis tanah yang terpenting dan sangat berhubungan erat dengan tersedianya unsur hara NPK pada tanah yang akan ditempati untuk membudidayakan jagung tersebut. Agar tumbuh dengan baik tanaman jagung memerlukan tanah yang yang subur, gembur dan kaya akan humus (sudjana dkk, 1991 ). Untuk masalah benih petani bisa menggunakan varietas-varietas uggul agar produksi jagung yang dihasilkan bisa maksimal dan dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap peningkatan produksi dan produktivitas jagung nasional, sehingga dapat meningkatkan devisa Negara sehingga  Indonesia sendiri tidak mengekspor jagung dari luar negeri tetapi Indonesia juga mengekspor jagung Indonesia ke luar negeri.
Dari aspek peluang pemasaran jagung sangat potensiaal itu dibuktikan dengan permintaan jagung dari tahun ketahun semakin meningkat, seperti yang kita ketahui bersama Indonesia adalah Negara agraris dan potensi  usahatani tanaman jagung cukup cerah bila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis ( Rukmana 1997 ). Seperti yang dijelaskan pada bab latar belakang bahwasanya persentasi penggunaan jagung untuk bahan makanan manusia sebesar 71,7% itu berarti permintaan akan jagung sangat signifikan, terbukti permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan, untuk pakan ternak juga memilikim prospek yang sangat cerah dengan persentase 15,5 % berarti penggunaan jagung sebagai pakan ternak juga lumayan tinggi terbukti dengan banyaknya usaha-usaha ternak yang sangat memerlukan jagung sebagai bahan utama pakan untuk dikonsumsi oleh ternaknya. Selain itu jagung oleh beberapa industri rumah tangga  dibuat menjadi beberapa-beberapa olahan makanan seperti emping jagung dan wingko jagung dengan demikian permintaan jagung akan semakin meningkat dan itu sangat potensial sekali apabila olahan jagung itu dapat tembus pasar internasional.
Sedangkan untuk masalah yang sering di alami petani jagung terkait dengan terbatasnya permodalan dan kurangnya pengetahuan petani dalam memanajemen usaha dan pemasaran hasil produksi, petani jagung bisa melakukan kemitraan usaha dengan beberapa perusahaan baik itu perusahaan swasta ataupun perusahaan milik pemerintah karena dengan demikian para petani jagung dapat memperoleh pinjaman modal yang murah tanpa perhitungan bunga sehingga petani jagung bisa mengoptimalkan usaha agribisnis jagungnya, petani juga terjamin untuk mendapat pasokan bahan baku jagung, dan para petani jagung juga mendapatkan bimbingan yang lebih insentif dari perusahaan inti tentang bagaimana memanajemen usaha dan pemasaran hasil produksi melalui kelompok tani. Pada dasarnya kemitraan usaha dalam bidang pertanian telah dilakukan oleh petani jagung Indonesia sejak lama dan masih bersifat tradisional, terutama di daerah-daerah perkebunan. Petani penggarap maupun pemilik di daerah perkebunan rakyat umumnya telah melakukan kemitraan dengan pedagang agar dapat memperoleh pinjaman modal usaha, sistem yang dilakukan biasanya dengan sistem kontrak. Sistem kemitraan ini terus berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan tidak hanya pada tanaman perkebunan, tetapi juga pada tanaman semusim. Akan  tetapi dalam kemitraan usaha juga ada kendala yaitu kerugian pada pihak petani jagung itu sendiri yaitu masih rendahnya kualitas sumber daya manusia dan masih rendahnya tingkat pendapatan petani jagung, serta kurangnya komitmen dalam pelaksanaan mekanisme kemitraan usaha tersebut baik oleh petani maupun oleh perusahaan mitra itu sendiri, namun ada beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah dalam pelaksanaan kemitraan usaha diperlukan peningkatan dalam pembinaan dan kontrol. Fungsi pembinaan dan kotrol ini dapat dilakukan oleh pihak pemerintah maupun perusahaan mitra atau lembaga lain yang terlibat dalam kemitraan usaha tersebut agar antara petani dan perusahan berkomitmen ntuk saling berbagi hasil ataupun agar tidak ada kerugian dari kedua belah pihak yaitu perusahaan dengan petani jagung itu sendiri artinya antara kedua belah pihak tersebut saling menguntungkan satu sama lain.
Penutup
            Demikian paparan materi yang dapat kami sampaikan pada paper ini tentunya tidak lah sempurna apa yang kami sampaikan disini karena memang terbatasnya pengetahuan, , sumber, maupun literatur yang mendukung tersusunnya paper ini, akan tetapi penulis berharap semoga apa yang kami tulis bisa bermanfaat untuk pembaca sebagai informasi yang dapat menambah wawasan dan pola pikir para pembaca terhadap prospek pertanian khususnya jagung di Indonesia, penulis juga berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun kepada kami demi sempurnaya paper yang kami tulis dan bisa berguna atau bermanfaat bagi pembaca.
Daftar Pustaka
  • Potensi agribisnis jagung di Indonesia. Diambil 17 0ktober 2012
Blogs.unpad.ac.id
  • www.litbang.go.id. Diambil 18 oktober 2012
  • Prospek jagung di Indonesia dalam proses agribisnis. Diambil 19 oktober 2012
Xalianx.wordpress.comjg

Rabu, 06 Januari 2016

Hama dan Penyakit Tanaman Pepaya

Hama dan penyakit merupakan musuh utama dari tanaman buidaya kita, pada tanaman pepaya terdapat beberapa hama dan penyakit yang mengganggu dan dapat menyebabkan kegagalan dalam budidaya tanaman pepaya, pada kesempatan ini kita akan mengulas beberapa hama dan penyakit penting pada tanaman pepaya.
HAMA TANAMAN PEPAYA.
Tungau (Tetranychus spp) 
Tungau ini menyerang daun, dan akan menjadi hebat serta merajalela disaat musim kemarau. Terlebih-lebih lagi kalau terjadi kemarau panjang. Kerusakan ini akan terlihal paila daun antara jari-jari daun yang mengering. 
Pemberantasannya : 
Kalau secara tradisional, maka kita taburkan saja tepung belerang pada pagi hari setelah ada embun. Penaburan tepung belerang ini diberikan dibawah telapak daun. Bila kita akan memakai obat-obatan (insektisida) maka dapat pula diberi­kan demicron, lindani', orthane atau filidol untuk usaha pemberantasannya. Obat-obat ini bisa kita beli di toko-toko obat-obatan untuk pertanian atau bisa juga kita membelinya di BUUD. 
Kutu Pseudaulacaspis Pentagona 
Kutu ini akan tampak pada batang pepaya, dan bergerombol hingga akan kelihatan banyak sekali. Kalau dilihat sepintas lalu saja berupa perisai yang berwarna putih dan abu-abu seperti kulit batang pepaya itu sendiri. Sedangkan yang berwarna putih itu adalah kutu-kutu yang berjenis kelamin jantan dan yang abu-abu merupakan kutu yang berjenis ke­lamin betina. 
Perisai kutu ini sering pula tertutup oleh kulit bagian atas dari batang pepaya yang tipis, sehingga tidak mudah diketahui bila belum dikenal 
Pembasmiannya: 
Pemberantasannya memang dapat dilakukan dengan mempergunakan insektisida seperti pemberantasan Tungau. 

Keong (Achatina Fulica) 
Sebenarnya keong ini merupakan hama dari setiap kebun yang tidak dipelihara kebersihannya. Serangan keong yang secara serentak ini akan dapat merusak kulit batang bagian atas dekat buah ataupun bunga. 
Pemberantasannya: 
  • Dengan cara mengumpulkan semua keong-keong tersebut dan membunuhnya.
  • Kalau saja kita mempunyai ternak bebek, maka keong tersebut kita manfaatkan untuk makanan bebek. Selain keong akan terbasmi habis dimakan bebek, maka bebek itupun akan bertelur semakin banyak.
  • Keong yang masih berada dibawah biasanya akan bersembunyi dibawah mulch. Akan tetapi pada sore harinya terutama sekali dimusim penghujan akan keluar dan mu­dah kita kumpulkan.
Kelelawar dan Kutilang 
Dua jenis burung ini memang sangat senang dengan papaya, maka tidak ada cara-cara pembasmiannya untuk kedua jenis perusak ini. Hanya kalau melihat mereka kita halau saja. Namun biasanya kelelawar ini bila makan dan menyerang selalu malam hari.
5. Manusia Jahil
Menghadapi hama yang satu ini memang sangat memusingkan, sebab tak jarang manusia pencuri ini selalu berkeliaran dan mengambil buah yang telah masak untuk dimakan sendiri ataupun bahkan dijualnya. 
Pemberantasannya:
Menghadapi tikus atau kelelawar kepala hitam ini bisa dikatakan hal yang paling sulit dibasmi, sebaiknya memang pohon pepaya yang telah mulai masak di kebun itu diberi penjagaan. Terutama selama malam hari. Sebab memang namanya maling, biasanya juga beroperasi pada malam hari. 
Untuk memudahkan mencari pepaya curian, maka sebaiknya memang buah pepaya yang telah besar-besar dan hampir masak itu diberi tanda khusus dan rahasia yang hanya diketahui oleh pemiliknya saja. Hingga tahu kalau pepaya yang dijual dipasar itu adalah pepaya curian dari kebun kita. Walaupun untuk itu kita juga tak bisa berbuat banyak. 
Photo by jitunews.com
PENYAKIT TANAMAN PEPAYA.
Penyakit pepaya ini sebenarnya juga banyak, akan tetapi sebagian besar tidak membahayakan kehidupan dari pohon tersebut, maka kita juga akan menguraikan bagian-bagian yang terpenting saja. 
Jamur Pylhium Sp 
Penyakit ini menyerang pada leher akar ataupun bagian akar. Akibat dari serangan ini maka akar pepaya akan dapat membusuk. Biasanya biang keladi dari datangnya penyakit ini adalah kurang baiknya dari pembuangan air hingga ba­nyak air yang menggenangi akar.
Pemberantasannya : 
Penyakit ini tidak ada jalan lain untuk memberantasnya, kecuali dengan jalan memperbaiki got-got dan pembuangan airnya yang berada di dalam kebun itu sendiri. Kalau sudah ada gotnya maka got itu perlu diperdalam. 
Bakteri Papayae 
Penyakit ini menyerang pada daun pepaya, hingga kelihatan mengering dan dimulai dari pinggir daunnya. Terutama daun yang masih muda. Penyakit ini sudah berjangkit di ke­bun pepaya yang berudara lembab.
Pemberantasannya: 
Beri kesempatan matahari masuk dan bersinar langsung, hingga keadaan kebun tidak menjadi lembab lagi 
Virus 
Penyakit ini menyerang daun hingga daun itu sendiri menjadi keriting, berbintik-bintik dengan warna kuning. Daun­nya kelihatan cengkong dan tangkainya melayu hampir terkulai kebawah. Bila hal ini dibiarkan maka seluruh pohon akan mati. 
Adapun virus ini dipindah pindahkan dari satu pohon kepohon lainnya oleh kutu-kutu daun yang sering dikenal dengan nama kutu Aphis.
Pemberantasannya: 
  • Untuk pemberantasan penyakit ini memang belum diketahui secara langsung, akan tetapi ada usaha pencegahan : 
  • Basmi pohon dengan segera yang telah terserang virus ini.
  • Basmi kutu-kutu Aphis yang kelihatan pada daun-daun pepaya, dengan mempergunakan insektisida.
Akan tetapi penyakit ini di Indonesia hampir dikatakan tidak ada, namun untuk Trinidad penyakit ini benar-benar sangat meraja lela, hingga banyak membunuh pohon-pohon pepaya yang sedang berbuah maupun yang sedang berkembang. Sekian dan terimakasih. (Sumber : http://tutorialbudidaya.blogspot.com/)

BUDI DAYA BAWANG MERAH

Pendahuluan
Beberapa waktu terakhir bawang merah menjadi perhatian berkenaan dengan fluktuasi harga, pasokan dan permasalahan bawang merah impor. Kebutuhan akan bawang merah setiap tahunnya terus meningkat, dan diwaktu tertentu akan meningkat tajam. Untuk memperpendek jalur distribusi, pemerintah mengembangkan komoditi ini di luar wilayah produsen utama (Jawa dan Sumatera) diantaranya Kalimantan, Sulawesi dan NTT.
Kalsel memiliki beragam tipologi lahan yang potensial dan sesuai untuk pengembangan komoditi ini, diharapkan nantinya komoditi ini mampu memberikan kontribusi yang tinggi terhadap perkembangan ekonomi daerah dan sebagai sumber pendapatan serta membuka kesempatan kerja.
Sosialisasi dan pemasyarakatan di Kalsel dilakukan diawal tahun 2012, pelaksanaan demplot di beberapa kabupaten yang potensial dilaksanakan ditahun 2013. Untuk mencapai keberhasilan pengembangang komoditi ini harus mengacu pada kondisi eksisting daerah, sebagai bahan analisa untuk membuat “platform” pengembangan yang terintegras, diantaranya:
Ketersediaan benih, dari analisa usaha lebih dari 50% biaya produksi diperuntukkan bagi benih, oleh karenanya diperlukan produksi dan pengolahan benih sumber sendiri untuk mengurangi ketergantungan benih dari P. Jawa. Jenis yang dipilih harus selektif, pemilihan lahan mendekati dengan kondisi dari daerah varietas asal.
Alih teknologi produksi.budidaya, Teknik dan teknologi budidaya serta pasca panen bawang merah belum familiar bagi petani di Kalsel.
Kondisi agroklimat dari segi morfologi dan fisiologi hasil panen kemungkinan bisa terjadi sedikit perbedaan dari deskripsi uji observasi, karena perbedaan mikroklimat.
Agro-ekologis. Suatu komodias tentunya mempunyai hama/OPT spesifik, tentunya mempunyai dampak pada ekologi lingkungan. Hama baru akan muncul dan kemungkinan bisa merubah tatanan/komposisi serangan hama yang sudah periodik diketahui petani lokal serta berpengaruh pada komoditas sayuran lain.
Teknologi Budidaya
Syarat Tumbuh
Tanaman bawang merah tumbuh optimal dengan ketinggian 0-400 m dpl, tempat terbuka tanpa naungan dengan pencahayaan kurang lebih 70%, bawang merah memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepor-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentunkan umbi, bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, jenis tanah lempung berpasir, pH 5,5-6,5, drainasi dan serasi dengan baik.
Bawang merah dapat ditanam di lahan pasang surut dengna membuat parit dengna ketinggian befengan atau diatas rata-rata air tanah, bawang merah memerlukan banyak air untuk pertumbuhan tapi tidak suka lahan yang becek atau tergenang.
Untuk lahan darat atau tegalan perlu disipakan sumur mata air dangkal (beje/tabukan) disekitar areal pertanaman untuk penyiraman.
Sesuai kondisi iklim di Kalsel pertanaman dapat dilaksanakan pada akhir musim hujan bulan April – Juni dan pada saat musim kemarau bulan Juli – Agustus.
Pengolahan Lahan
Lahan Pasang Surut/Sekitar Rawa
Dibuat bendungan arah Timur-Barat dengan lebar 100-175 cm dan panjang sesuai kondisi lahan, jarak antar bedengan 40 – 50 cm, kedalaman parit 50 – 60 cm. Tanah yang telah dicangkul kasar dilakukan pengeringan lebih dulu, untuk meningkatkan kesuburan, pengolahan lahan dilakukan 2-3 kali sehingga gembur dan struktur tanah di bedengan menjadi remah, untuk menaikkan pH dilakukan pengapuran dengan dolomit/kapatan ukuran 1 – 1,5 ton/ha diberikan pada olah tanah pertama.
Lahan Darat
Tanah dibajak/traktor atau dicangkul sedalam 20 -30 cm, kemudian dibuat bedengan setinggi 25-35 cm, lebar 100-150 cm, jarak antar bedengan 40-50 cm. Tanah diolah sampai gembur dan dilakukan pengapuran dengan takaran 0,5 – 1 ton/ha.
Persiapan Benih
Benih yang siap tanam ialah yang telah di simpan selama 2-3 bulan, umbi mempunyai titik-titik tumbuh akar atau telah muncul tunas-tunasnya. Selain itu umbi juga harus berasal dari tanaman yang sehat dan dipanen pada usia tua, yang ditandai dengan warna merah terang dan pada berisi (tidak kisut). Jika umbi terasa lunak atau kurang padat pada saat di pegang, berarti umbi tersebut berasal dari tanaman yang belum terlalu tuda saat dipanen.
Keperluan benih berkisar 0,8 – 1,2 ton/ha tergantung ukuran benih dan jarak tanam. Berat umbi dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: umbi ukuran kecil 2,5 – 5 g, sedang 5 – 7,5 g dan besar > 7,5 g. Untuk benih sebaiknya yang tidak terlalu besar (ukuran sedang). Umbi yang terlalu kecil akan mudah busuk jika ditanam, selain itu bibit yang berukuran kecil akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya kurang baik dan hasilnya sedikit. Umbi yang besar akan menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan sehat namun harganya jauh lebih mahal.
Penanaman
Sebelum ditanam, kulit luar benih yang mengering dan sisa-sisa akarnya harus dibuang. Untuk umbi yang belum bertunas bagian ujung umbi dipotong dengan pisau kuran lebih 1/3 – 1/4 bagian dari panjang umbi. Saat memotong haruslah hati-hati agar tunasnya tidak ikut terpoton. Tujuan dilakukan pemotongan adalah agar umbi tumbuh merata, merangsang tumbuhnya tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman, merangsang tumbuhnya umbi samping dan mendorong terbentuknya anakan. Sebelum umbi ditanam, luka bekas pemotongan harus dikeringkan terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya pembusukan.
Dibuat lubang-lubang menggunakan penugal kecil jarak tanam 15 x 15 cm atau 15 x 20 cm. Bibit dibenamkan 2/3, pabila terlalu dalam akan mudah mengalami pembusukan. Ujung umbi sedikit ditutup dengan tanah, jika terlalu tebal tanah yang menutupinya akan menghambat pertumbuhan tanaman. Setelah penanaman selesai, bedengan disiram dengan air, umbi akan terus tumbuh setelah 5-7 hari.
Pemupukan
Pupuk Dasar
Pupuk dasar diberikan 3-4 hari sebelum yakni pada olah tanah terakhir, komposisi pupuk berupa: pupuk organik (kotoran ayam) 5 ton/ha, SP-36 300 kg/ha, KCL 100 kg/ha dan Urea 50 kg/ha. Pemberian Ternik atau Furadan 3G sebanyak 20 – 5- kg/ha untuk nematisida dan hama dalam tanah.
Pupuk Susulan
Pemupukan dilakukan setelah pendangiran atau pembersihan gulma, pemberian pupuk diberikan disela tanaman dengan membuat larikan, pupuk dicampur dan aduk merata.
  • Pemupukan I (15 hari setalah tanam), Komposisi pupuk: Urea 50 kg/ha, KCL sebanyak 100 kg/ha dan ZA 100 kg/ha.
  • Pemupukan II (25 hari setelah tanam), komposisi pupuk: KCL 100 kg/ha dan ZA 300 kg/ha.
Pemeliharaan
  • Penyiangan dan pembersihan gulma dilakukan 3 kali yakni 2 minggu, 4 mnggu dan 6 minggu setelah tanam.
  • Penyiraman dilakukan 1-2 hari sekali atau apabila bedengan terlihat kering, penyiraman dilakukan pada bedengan langsung atau sistem leb atau penggenangan parit untuk lahan kering.
  • Penyiraman dihentikan 10 hari sebelum panen.
Hama dan Penyakit 
Hama
  • Lalat Pengorok Daun (Liriomyza chinencis) penyemprotan pestisida berbahan aktif bensultap, klofenapir dan siromazin
  • Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hubn) penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif pfofenofos, betasiflutrin, tiodikarb, karbofuran.
  • Trips (Thrips tabaci Lind dan Thrips pasvisipunus Karny) pengendalian dengan insektisida efektif yang berbahan aktif betaslifturin, piraklos.
Penyakit
  • Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Hanz)
  • Bercak Ungu/Trotol (Alternaria porri)
  • Antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides)
  • Penyemprotan dengan fungisida: Dithane M45, Benelate, Antracol dan lainnya.
Panen dan Pascapanen
Panen ditandai dengan 70% daun menguning dan tanaman rebah, daun menguning serta leher umbi telah kosong, umbi tersembul keluar, dan kulit umbi sudah terbentuk (berwarna merah). Umur panen untuk setiap varietas berbeda berkisar antra 60-70 hst.
Panen diusahakan dilakukan saat udara cerah, cara panen dengan mencabut keseluruhan tanaman dan umbi secara hati-hati. Hasil panen diikat 1 – 1,5 kg setiap ikatan, pelayuan atau curing sebelum bawang merah dikeringkan di lahan dengan menjemur 2 -3 hari di bawah terik sinar matahari dengan posisi daun di atas.
Sebelum benih disimpan dilakukan pengeringan 7 – 14 hari di tempat pengeringan hingga sampai kering askip, dengna posisi umbi dan daun dibolak-balik. Untuk mengetahui kesiapan umbi kering askip yaitu menyimpan sedikit contoh dalam kantong plastik putih selama 24 jam, bila sudah tidak ada titik air dalam kantong, berarti sudah mencapai kering askip. Benih disimpan dengan cara menggantungkan ikatan-ikatan bawang merah pada para-para di gudang pada suhu 25-30 derajat celcius dan kelembapan 60 -80 %.

Makalah Padi Sawah

PADI SAWAH
(Oryza sativa)
Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di Indonesia. Mulanya kegiatan ini banyak diusahakan di pulau Jawa. Namun, saat ini hampir seluruh daerah di Indonesia sudah tidak asing lagi dengan kegiatan menanam padi di sawah.
Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam dengan cara pengolahan sawah seperti di atas (yang sering disebut pengolahan tanah sempurna, intensif atau konvensional) banyak kelemahan yang timbul penggunaan air di sawah amatlah boros. Padahal ketersediaan air semakin terbatas. Selain itu pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan oleh petani ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi. Hal ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan.
Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air cukup banyak untuk hidupnya. Memang tanaman ini tergolong semi aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian, padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau ladang. Istilahnya adalah padi gogo. Namun kebutuhan airnya harus terpenuhi. Oleh karena itu ada beberapa sistem budidaya yang dikenal di Indonesia, di antaranya

1.    Bertanam padi di sawah tadah hujan
Dalam mengusahakan padi di sawah, soal yang terpenting adalah bidang tanah yang ditanami harus dapat:
-    Menanam air sehingga tanah itu dapat digenangi air.
-    Mudah memperoleh dan melepaskan air.
Pematang atau galengan memegang peranan yang sangat penting, karena dalam sistem bertanam padi di sawah tadah hujan ini, pematang atau galengan ini harus kuat dan dirawat, karena bertanam padi di sawah tadah hujan memerlukan air, sehingga dengan galengan-galengan sawah ini air dapat bertanam di petakan sawah. Dan padi dengan sistem penanaman tadah hujan ini tidak dapat ditanam pada tanah yang datar.
Penggarapan bertanam padi di sawah tadah hujan ini digarap secara “basahan” yaitu menunggu sampai musim hujan tiba dan dalam proses penanaman padi ini memakai bibit persemaian. Tetapi seringkali bibit sudah terlalu tua baru dapat ditanam karena jatuhnya hujan terlambat. Dalam penanaman padi sawah tadah hujan ini untuk menanam dan selama hidupnya membutuhkan air hujan cukup. Hal ini membawa resiko yang besar sekali karena musim hujan kadang datang terlambat, sementara padi sawah tadah hujan membutuhkan air hujan yang cukup. Maka seringkali terjadi puluhan ribu hektar tidak menghasilkan sama sekali atau hasilnya rendah akibat air hujan yang tidak mencukupi.
2.    Bertanam Padi Gogo Rancah (lahan kering)
Dalam mengusahakan padi di lahan kering atau ladang atau biasa disebut padi gogo ini, relatif lebih mudah dibandingkan dengan padi sawah tadah hujan. Dalam sistem penggarapan padi di lahan kering atau ladang ini biasa dikerjakan sebelum musim penghujan tiba. Sementara dalam proses pembibitan atau penanamannya, padi gogo rancah ini tidak memerlukan persemaian, sehingga benih dapat langsung ditanam di sawah sebelum atau pada permulaan musim hujan sehingga tidak ada resiko bibit menjadi terlalu tua.
Padi gogo rancah ini tidak banyak memerlukan air hujan, pada permulaan selama 30 atau 40 hari. Hidup padi ini keringan bahkan bila kebanyakan air hujan, maka air tersebut harus dibuang. Sesudah itu bilamana air hujan cukup, maka padi gogo rancah ini dapat dijadikan padi sawah biasa. Tetapi kalau tidak ada hujan, dapat hidup kekeringan, maka resiko mati sangat kecil.
3.    Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah (TOT)
Meskipun disebut bertanam padi sawah ini tanpa olah tanah tetapi tidak berarti bahwa tak ada persiapan sama sekali. Sistem ini masih merupakan bagian pengolahan tanah konservasi yang melibatkan perbedaan mendasar dengan penanaman padi biasa. Pembajakan dan pencangkulan di dalam sistem TOT ini tidak ada dan dalam sistem TOT ini dilakukan penyemprotan herbisida terhadap sisa tanaman padi (singgang) atau gulma yang tumbuh.
Secara umum kegiatan bertanam padi sawah tanpa olah tanah ini dapat diartikan sebagai penanaman padi di lahan sawah yang persiapan lahannya tanpa pengolahan tanah dan pelumpuran, tetapi cukup dengan bantuan herbisida dalam mengendalikan gulma dan singgangnya. Tanaman padi ini dapat tumbuh seperti pada lahan yang diolah biasa. Hal ini disebabkan karena singgang dan gulma yang membusuk akan melonggarkan tanah sehingga akar padi dapat berkembang dengan mudah dan tanaman padi dapat tumbuh seperti biasa. Bibit padi dari persemaian dapat langsung ditanam pada tanah tanpa olah yang sudah lunak karena digenang terlebih dahulu. Dapat juga benih ditebarkan langsung (tabela) atau ditabur dalam air yang sudah disediakan.
Keuntungan menanam padi dengan sistem Tanpa Olah Tanam (TOT).
a.    Kualitas pertumbuhan tanaman dan hasil panen tidak berbeda dengan penanaman padi biasa.
b.    Menghemat biaya persiapan lahan 40% yang juga mengurangi biaya produksi.
c.    Menghemat waktu musim tanam sampai 1 bulan, artinya jumlah penanaman dalam satu tahun air ditingkatkan.
d.    Mengurangi pemakaian air lebih dari 20%
e.    Mempermudah kemungkinan penanaman secara serempak sehingga konsep pengendalian hama terpadu (PHT) padi sawah dapat diterapkan dan baik.
f.    Melestarikan kesuburan tanah, mengurani pencucian unsur hara dan jumlah sendimen terangkut.
g.    Mengurangi pencemaran perairan dan pendangkalan saluran air atau sungai.
h.    Mengurangi emisi metan sampai 40%.
i.    Memungkinkan peningkatan luas sawah garapan.
j.    Memberikan keuntungan bagi petani yang berarti membantu meningkatkan kualitas hidupnya.
Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Bertanam Padi
1.    Air
Air diperlukan untuk pengolahan dan dalam penanaman padi di sawah adakalanya perlu pengaturan air secara baik. Saat tertentu air dimasukkan, tetapi saat lainnya air justru perlu ditambah. Pengaliran air secara terus menerus dari satu petakan ke petakan lain atau penggenangan dalam petakan sawah secara terus-menerus selain boros air juga berakibat kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman. Tetapi sebaliknya itu pengairan terlalu sedikit biasanya gulma akan tumbuh pesat dan produksi padi akan berkurang dan pemasukan air sangat penting pada masa-masa berikut:
a.    Awal tanam
Seperti yang sudah dilakukan pada saat penanaman, air diberikan setinggi 2-5 cm dan permukaan tanah.

b.    Pembentukan anakan (pertunasan)
Dalam masa ini air dipertahankan setinggi 3-5 cm pemberian air lebih dari 5 cm dapat menghambat pembenihan anakan (tunas)
c.    Pembentukan tunas bulir (primordia) atau tanaman padi bunling
Air sangat dibutuhkan pada pembentukan calon. Calon bulir ini air dimasukkan setinggi 10 cm. Kekurangan air pada saat pembentukan akan mengakibatkan pembentukan anak (tunas) karena kekurangan air dapat menghambat pembentukan malai, pembuahan dan pembuangan yang dapat berakibat fatal yakni bulir padi yang dihasilkan hampa.
d.    Pembungaan
Pada masa ini kebutuhan air mencapai puncaknya. Muka air dijaga setinggi 5-10 cm akibat kekurangan air juga dapat menyebabkan hampanya bulir padi tetapi bila tanaman padi telah mengeluarkan bunga, petakan untuk beberapa saat perlu dikeringkan agar terjadi pembungaan yang serempak.
Air yang diberikan dalam jumlah cukup sebenarnya bermanfaat juga untuk mencegah pertumbuhan gulma, menghalau wereng yang bersembunyi di batang padi sehingga lebih mudah disemprot dengan pestisida, serta mengurangi serangan tikus-tikus.
2.    Pengeluaran air
Ada saat-saat tanaman padi tak perlu diberikan air, untuk itu petakan sawah dikeringkan pada waktu-waktu berikut:
a.    Sebelum tanaman bunting
Gunanya untuk mencegah anakan tanaman tidak mengeluarkan bulir.
b.    Awal pembungaan
Gunanya untuk membuat tanaman berbunga serempak.
c.    Awal pemasakan biji
Air perlu dikeringkan saat ini untuk menyeragamkan dan mempercepat pematangan padi.
Tindakan pengeringan ini juga bermanfaat untuk memperbaiki aerosi tanah, memacu pertumbuhan anakan merangsang pembuangan dan mengurangi terjadinya serangan busuk akar.
3.    Pemupukan
Pada penanaman padi di sawah, dosis pemupukan pada sawah tergantung pada jenis tanah, sejarah pemupukan dan varietas padi yang ditanam pada lokasi tersebut. Tetapi kendala pemupukan biasanya dialami petani karena petani biasanya pupuk diberikan pada dosis yang tidak sesuai. Pupuk diberikan 2 atau 3 kali selama musim tanam. Pupuk adalah bahan yang mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan unsur yang paling penting dan harus tersedia adalah unsur N.P.K. Dosis pemupukan urea biasanya diberikan sepertiga bagian pada pemupukan pertama dan kedua pertiga bagian pada pemupukan kedua. Pupuk TSP dab KC biasanya diberikan sekaligus bersamaan dengan pemupukan urea pertama.
Sewaktu melakukan pemupukan sebaiknya saluran pemasukan dan pembuangan air ditutup terlebih dahulu. Petakan sawah berada dalam kondisi berair, pupuk disebar merata pada permukaan tahan. Hati-hati sewaktu menyebar pupuk agar tidak mengenai daun tanaman karena dapat mengakibatkan daun terbakar.
4.    Pengendalian hama dan penyakit
Hama penyakit padi sawah biasanya rentan terhadap serangan hama dan penyakit di dalam tanaman padi sawah ada beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman padi dan hama yang cukup mengganggu antara lain walang sangit, ganjur, penggerek padi, wereng, tikus dan burung. Adapun penyakit yang sering menyerang tanaman padi adalah hawar daun, bercak bakteri, hawar pelepah, busuk batang, bercak cokelat, blasi, tungro, kerdil hampa dan kerdil rumput.
Dahulu petani sering melakukan tindakan gampang untuk memberantas hama dan penyakit yaitu dengan penyemprotan pestisida. Namun cara ini tidak dianjurkan karena pestisida dapat mencemari air irigasi atau sumber air di sekitarnya dan banyak jensi hama dan penyakit yang rentan atau tak mempan lagi disemprot.
Pengendalian hama dan penyakit (PHT) merupakan sistem pengelolaan populasi hama dengan menggunakan seluruh teknik yang cocok dalam suatu cara yang terpadu untuk mengurangi populasi hama dan penyakit serta mempertahankannya pada tingkat di bawah jumlah yang dapat menimbulkan kerugian.
5.    Panen
Bagi petani panen padi merupakan soal yang paling dinanti-nanti. Panen merupakan saat petani merasakan keberhasilan dari jerih payah menanam dan merawat tanaman.
a.    Saat panen
Padi perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan mendapatkan gabah berkualitas rendah yang masih banyak mengandung butir hijau dan butir kapur. Padi yang dipanen mudah jika digiling akan menghasilkan beras pecah. Saat panen padi dapat dipengaruhi oleh musim tanam. Pemeliharaan tanaman dan pertumbuhan, serta tergantung pula pada jenisnya. Secara umum padi dipanen saat berumur 80-110 hari apabila tanaman padi menunjukkan ciri-ciri berikut berarti tanaman sudah siap dipanen:
-    Bulir-bulir padi dan daun bendera sudah menguning.
-    Tangkai menunduk karena sarat menanggung butir-butir padi atau gabah yang bertambah berat.
-    Butir padi bila ditekan terasa keras dan berisi, jiak dikupas tidak berwarna kehijauan atau putih agak lembek seperti kapur.

b.    Cara panen
Alat panen yang tepat penting agar panen menjadi mudah dilakukan biasanya padi dipanen dengan ani-ani atau sabit.
Ani-ani umumnya digunakan untuk memanen jenis padi yang sulit rontok sehingga dipanen beserta tangkainya, contohnya jenis padi bulu. Namun, alat ini tidak cocok digunakan untuk penanaman padi sawah.
Sabit digunakan untuk memanen padi yang mudah rontok, misalnya padi coreh. Namun, karena alat ini dapat memungut hasil lebih cepat serta lebih gampang memotong batang padi maka alat ini kini lebih banyak digunakan untuk panen.
c.    Perontokan
Perontokan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin perintih tresher, atau menggunakan perontok kaki pedal tresher. Selain itu perontokkan secara sederhana dapat dilakukan dengan memukulkan batangan padi ke kayu atau “kotak gebuk” dimana sebelumnya dihamparkan plastik untuk menampung butir padi yang berhamburan.
d.    Pengeringan
Tujuan utama pengeringan ialah untuk menurunkan kadar air gabah dapat tahan lama disimpan. Selain itu gabah yang masih basah sulit diproses menjadi beras dengan baik.
Bulir- bulir gabah daapt dijemur dengan cara dihamparkan di atas lantai semen yang bersih dapat pula dihamparkan di atas plastik. Dalam cuaca panas, sinar matahari mampu mengeringkan gabah dalam waktu 2-3 hari.
e.    Pemisahan kulit gabah
Tahap terakhir usaha bertanam padi ialah menghasilkan beras yang dapat ditanak menjadi nasi sebagai makanan pokok.
Mula-mula gabah yang sudah dikeringkan perlu dipisahkan dengan gabah hampa atau kotoran yang mungkin terbawa selama perontokan atau pengeringan, caranya dapat dengan ditampi.
Pemisahan kulit gabah dapat dilakukan dengan huller atau mesin, cara ini praktis dan cepat. Namun untuk daerah yang tidak memiliki huller, pemisahan dapat dilakukan dengan penumbuhan padi menggunakan alu dan lumpang.
6.    Sentra Produksi
Pada tanaman padi sawah ini sangat luas daerah sentra produksinya diantaranya di daerah Jawa dan Sumatera. Hal ini karena padi adalah bahan dasar untuk beras dan nasi yang merupakan bahan makanan utama masyarakat Indonesia yang mengandung karbohidrat tinggi walaupun tidak semua daerah makanan pokoknya berupa beras atau nasi.




SUMBER

B.S. Vegara, dkk
    1990     Bertanam Padi Sawah, Penerbit Swadaya.
Dr. Muhajir Utomo
    1990     Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah, Penerbit Swadaya.
Soemarjono, dkk
    1990     Bertanam Padi Sawah, Penerbit Swadaya.

Minggu, 03 Januari 2016

Pengertian Agroteknologi Pertanian

Agroteknologi atau yang disebut Agronomi Teknologi merupakan salah satu cabang ilmu terapan dalam biologi yang mempelajari pengaruh berbagai aspek biotik dan abiotik terhadap suatu individu atau sekumpulan individu tanaman untuk dimanfaatkan bagi kepentingan manusia. Dimana, ruang lingkup aspek biotik meliputi individu itu sendiri, individu sejenis atau yang berbeda jenis.

Pengertian Agroteknologi Pertanian

Dalam petanian, membuat kemajuan dalam bidang agronomi melaui pengembangan bidang baru penelitian seperti rekayasa genetika dan pertanian presisi. Rekayasa ini menyangkut hal pengetahuan objektif seperti tata ruang, energi dan materi yang diterapkan pada bidang perancangan, termasuk didalamnya mengenai peralatan teknis. Inilah yang disebut Agroteknologi, ilmu dan ilmu yang terkait dengan itu menyamakan masalah memberi makan penduduk dunia pada saat yang sama mencegah terjadinya masalah keamanan hayati yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan lingkungan.
Pengertian Agroteknologi Pertanian. Agro berasal dari agronomi yaitu ilmu yang mempelajari gejala (fenomena) dalam hubungannya dengan pertanian atau teori dan praktek dalam pengelolaan tanah dan produksi tanaman. Teknologi berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Ilmu atau Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata yang ada sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, masalah materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.
Agronomi Teknologi merupakan teknik untuk menghasilkan barang yang menggunakan sumber daya yang disediakan oleh alam, termasuk sumberdaya manusia. Sementara teknologi adalah pendekatan ilmiah untuk masalah praktis, yaitu suatu cara pemecahan masalah pada latar belakang pengetahuan ilmiah dan dengan bantuan metode ilmiah.
Pengertian Agroteknologi adalah ilmu atau sains dan perekayasaan dalam pengelolaan tanah dan produksi tanaman untuk mendapatkan perubahan yang lebih maju atau lebih baik. Agroteknologi lebih mengarah pada pembelajaran dari teknologi pertanian dari segi budidaya tanaman, perlindungan tanaman serta media dari tanaman agar tumbuh. Jadi Agroteknologi banyak membahas suatu teknologi bagaimana tanaman dapat tumbuh baik menghasilkan produk tinggi serta memberikan kemanfaatan pada lingkungan.