Sehabis panen padi, biasanya sebagian besar petani membakar jeraminya di
lahan sawah karena jerami dianggap mengganggu dalam pengolahan lahan
terutama jika menggunakan traktor. Sebagian petani ada juga yang
meletakkan jeraminya diatas pematang-pematang, yang apabila sering turun
hujan maka tanah pada pematang tersebut malah tanahnya menjadi terbis
karena tergerus air hujan. Petani tidak menyadari bahwa dengan
pembakaran jerami, akan terjadi kehilangan bahan organik pada lahannya,
yang jika dilakukan pada setiap musim tanam maka kandungan bahan organik
tanah sawah tersebut menjadi semakin berkurang. Disamping itu,
pembakaran jerami juga menghasilkan asap dan CO2 yang kurang baik bagi
kesehatan.
Di dalam jerami terdapat beberapa unsur hara yang berguna untuk tanaman
seperti Nitrogen dan Kalium. Dengan membakar jerami berarti sama saja
dengan membakar uang karena jerami yang dibakar tersebut sebenarnya
dapat membantu menggantikan pupuk KCl sebanyak 1 sak (50 kg). Berapa
rupiah yang dibakar petani karena ketidaktahuannya? Dengan mengembalikan
jerami padi ke lahan sawah, petani tidak perlu lagi memberikan pupuk
KCl. Dengan demikian akan menghemat biaya produksi.
Selain dikembalikan langsung ke lahan sawah,. jerami padi dapat juga
dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik (kompos). Jika
petani menganggap jerami menyulitkan dalam pengolahan menggunakan
traktor maka lebih baik dibuat kompos saja. Untuk membuat kompos yang
berkualitas, diperlukan decomposer yang sesuai dengan tujuan pemberian
kompos. Jika menginginkan kompos untuk menyuburkan tanah sekaligus
mengendalikan hama penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan oleh
jamur, maka dapat digunakan decomposer Trichoderma.
Artikel Lainya : Deskripsi dan Karakteristik Tanaman Padi.
Cara pembuatan kompos jerami dengan menggunakan dekomposer Trichoderma adalah sebagai berikut:
Bahan yang diperlukan :
Jerami padi segar 1 m3 (1 m x 1 m X 1m), Urea 2 kg, SP-36 1 kg, Kapur 1 kg, pupuk kandang 20 kg dan starter trichoderma 0,5 kg.
Cara Pembuatan:
- Jerami segar direndam selama 1 malam. Perendaman ini bertujuan agar jerami tetap lembab.
- Bahan aktif (Urea, SP-36, kapur, pupuk kandang, starter trichoderma) dicampur dan diaduk sampai rata dan dibagi atas 4 bagian.
- Jerami ditumpuk 1 m3 dibagi atas 4 lapisan
- Pada lapisan jerami pertama (1/4 bagian jerami) ditaburkan bahan aktif ¼ bagian dan dipercikkan air untuk menjaga kelembabannya.
- Setelah itu, tumpukkan kembali lapisan jerami kedua (1/4 bagian jerami) dan taburkan kembali bahan aktifnya ¼ bagian. Demikian seterusnya hingga jerami habis. Tinggi tumpukan jerami sebaiknya kurang dari 1,5 m agar memudahkan dalam pembalikannya
- Tutup tumpukan dengan plastik agar terlindung dari hujan dan panas, atau dapat diletakkan ditempat yang terlindung
- Lakukan pembalikkan tumpukan jerami setiap minggu
- Kelembaban tumpukan jerami dijaga agar kadar airnya 60 – 80 % dengan cara menyiram/memercikkan air (kalau diremas jeraminya maka air tidak menetes)
- Kompos siap digunakan setelah 3 – 4 minggu.
Ciri-ciri Kompos yang sudah siap untuk digunakan:
- Berwarna coklat gelap sampai hitam, remah/gembur
- Bersuhu dingin
- Tidak berbau atau berbau daun lapuk
Mutu atau kualitas kompos
Kualitas kompos sangat tergantung kepada teknis pembuatan di lapangan. Untuk itu beberapa hal harus diperhatikan:
- Starter/biang trichoderma yang digunakan harus yang berkualitas baik. Trichoderma bisa diperoleh dari laboratorium BPTP/BPTPH/Dinas Pertanian/Perguruan tinggi atau di kios saprodi .
- Pembalikan kompos dilakukan tiap minggu karena mikro-organisme pengurai jerami yaitu trichoderma perlu aerasi atau penghawaan agar dapat bekerja secara optimal.
- Selain itu trichoderma juga memerlukan kelembaban yang tinggi untuk mengomposkan jerami.
Kandungan Beberapa Unsur Hara untuk 1 Ton Kompos Jerami Padi
Dari 1 ton jerami padi dapat diperoleh ½ ton sampai 2/3 ton kompos.
Dengan demikian jika kita ingin membuat 1 ton kompos, maka bahan baku
jerami yang disiapkan sekitar 1,5-2 ton jerami. Kandungan beberapa unsur
hara untuk 1 ton kompos jerami padi adalah : unsur makro Nitrogen (N)
2,11 %, Fosfor (P2O5) 0,64%, Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca) 4,2%,
serta unsur mikro Magnesium (Mg) 0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684 ppm dan Zn 144
ppm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar